Powered By google

Sabtu, 04 Desember 2010

SHIFAT SHALAT NABI S.A.W - Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani Bab II

C.TATA CARA DAN BACAAN SUJUD SERTA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

1. Turun Bersujud Dengan Mendahulukan Kedua Tangan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan kedua tangannya di atas tanah sebelum kedua lututnya. Beliaupun memerintahkan sahabatnya melakukan hal demikian ”Apabila seseorang dari kalian hendak bersujud, hendaknya tidak melakukannya seperti duduknya unta. Tetapi hendaknya meletakkan tangannya sebelum meletakkan kedua lututnya.” (HR Abu Daud dan Nasa’i).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sesungguhnya kedua tangan turut bersujud sebagaimana sujudnya wajah. Apabila seseorang dari kalian meletakkan wajahnya diatas tanah, maka hendaklah meletakkan juga kedua tangannya. Apabila mengangkat wajahnya maka hendaknya mengangkat juga kedua tangannya.” (HR Ibnu Khuzaimah, Ahmad & Siraj).

Dalam bersujud Beliau meletakkan telapak tangannya, mengembangkannya(15), serta mengarahkannya ke arah kiblat(16). Beliau meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya(17), dan terkadang sejajar dengan kedua telinganya(18).

Dalam hadits riwayat Abu Daud dan Ahmad disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menekan hidung dan dahinya ke tanah. Beliau berkata kepada orang yang sholatnya tidak benar ”Jika engkau bersujud maka lakukanlah dengan menekan.”

Dalam riwayat lain disebutkan ”Bila engkau bersujud, maka lakukanlah dengan cara menekan wajah dan kedua tanganmu sampai seluruh ruas tulangmu kembali ke tempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah.)

Beliau bersabda, ”Tidak sah sholat seseorang yang hidungnya tidak menyentuh tanah sebagai mana halnya dahinya.” (HR Daruquthni, Thabrani dan Abu Na’im).

Beliau menekan kedua lututnya dan ujung kedua telapak kakinya. Menghadapkan ujung jarinya ke arah kiblat, merapatkan tumitnya dan menegakkan telapak kakinya.Beliau pun menyuruh berbuat demikian. Inilah tujuh anggota yang dipergunakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk bersujud, yaitu dua telapak tangan, dua lutut, dua kaki, dahi dan hidung. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadikan dua anggota terakhir (dahi dan hidung) menjadi satu dalam sujud.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Aku perintahkan untuk bersujud, (dalam riwayat lain disebutkan : Kami diperintahkan untuk bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan) yaitu dahi, (dan menunjuk hidungnya dengan tangan) serta kedua tangan, (Dalam lafal lain disebutkan : Dua telapak tangan, dua lutut, ujung kedua telapak kaki, dan kami tidak boleh menyibak(19) baju dan rambut).” (HR Bukhari dan Muslim).

Beliau bersabda ”Apabila seorang hamba bersujud, hendaklah menyertakan 7 anggota badan (wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak tangan).” (HR Muslim, Abu Uwanah dan Ibnu Hibban).

Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Uwanah dan Ibnu Hibban disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkomentar terhadap orang yang sholat sedangkan rambutnya diikat dari belakang, ”Orang yang sholatnya seperti itu sama halnya dengan orang yang sholat menggelung rambunya.”(20) Beliau juga bersabda ”Yang demikain ini menjadi tempat duduk setan.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak membentangkan kedua lengannya(21), akan tetapi Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kedua lengannya, menjauhkan dari sisinya sehingga tampak bulu ketiak putihnya dari belakang(22).

Apabila seekor anak domba menerobos di bawah lengannya, tentu dengan mudah dapat melewatinya(23).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melebarkan lengannya sehingga seorang sahabatnya berkata ”Mungkin kami bisa menerobos di bawah ketiaknya, saking lebarnya jarak antara lengan dan lambungnya dalam bersujud.” Demikian yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan melakukan hal itu dalam sabdanya ”Apabila engkau bersujud, letakkanlah tanganmu dan angkatlah kedua sikumu.” (HR Muslim dan Abu Uwanah).

”Bersujudlah kamu dengan lurus dan janganlah membentangkan kedua lenganmu seperti membentangkannya (dalam lafal lain disebutkan : Seperti membentangkan kakinya) anjing.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).


”Janganlah seseorang dari kalian membentangkan kedua lengannya seperti anjing membentangkan kakinya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Janganlah kamu membentangkan kedua lenganmu (seperti binatang). Tetapi tegakkanlah lengamu dan jauhkanlah dari lambungmu. Karena bila engkau melakukan seperti itu maka setiap anggota badan ikut bersujud denganmu.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Hakim)

2. Kewajiban Thumuninah dalam Sujud
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu memerintahkan agar menyempurnakan ruku dan sujud. Orang yang tidak melakukannya diperumpamakan seperti orang yang lapar. Ia memakan satu atau dua butir kurma yang tidak mengenyangkan sama sekali. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Orang yang demikian itu adalah pencuri yang paling buruk.”

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyatakan tieak sah sholat orang yang ruku dan sujudnya tidak lurus, sebagaimana yang telah diuraikan pada bab Ruku.

3. Doa-doa Sujud
Dalam sujudnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca beberapa zikir dan doa yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut :
1.              ”Subhana rabbiyal a’la” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi”), tiga kali atau lebih. Pernah dalam sholat malam Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan berulang-ulang sehingga lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya. Padahal dalam berdirinya Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca 3 surah yang panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran), diselingi dengan bacaan doa dan istighfar sebagaimana yang dijelaskan dalam sholat lail (malam, tahajjud)
2.              ”Subhaana rabbiyal a’la wabihamdih.” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi dan segala puji bagiNya”).
3.              ”Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati warruuhu.” (”Mahasuci dan Mahakudus, Tuhan malaikat dan ruh).
4.              ”Subhaanaka allahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii.” (”Mahasuci Engkau, wahai Tuhan, Tuhan kami dan dengan memujiMu wahai Tuhan, ampunilah aku”). (HR Bukhari dan Muslim). Bacaan ini banyak Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam baca pada saat ruku dan sujudnya sebagaimana yang diperintahkan al-Qur’an.
5.              Dan lain-lain.

4. Larangan Membaca Al-Qur’an ketika Sujud
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang membaca al-Qur’an ketika ruku dan sujud. Namun Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh untuk bersungguh-sungguh dan memperbanayk doa waktu sujud sebagaimana diterangkan dalam bab Ruku.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud maka perbanyaklah doa (dalam sujud).” (HR Muslim, Abu Uwanah dan Baihaqi).

5. Melamakan Sujud
Lama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan sujud adalah hampir sama dengan lama Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan ruku. Bahkan lebih lama lagi jika Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang menghadapi masalah yang sulit sebagaimana dikatakan oleh sahabat Beliau ” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar menemui pada waktu sholat Dhuhur atau Ashar. Ketika itu Beliau menggendong Hasan dan Husen. Rasulullah  Shallallahu Alaihi wa Sallam maju lalu meletakkan gendongannya disebelah kanannya. Kemudian bertakbir untuk melakukan sholat, lalu sujud dalam sholatnya itu. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersujud lama sekali.” Perawi berkata ”Aku mengangkat kepalaku diantara orang banyak. Tapi ternyata anak kecil itu berada diatas punggung Beliau, padahal Beliau sedang sujud. Kemudian aku kembali sujud. Ketika Rasulullah  Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai melakukan sholat, orang-orang bertanya ”Wahai Rasulullah engkau melakukan sujud dalam sholatmu ini lama sekali sehingga kami mengira bahwa telah terjadi sesuatu atau engkau sedang menerima wahyu.” Beliau bersabda ”Semua itu tidak terjadi tetapi cucuku ini naik diatas punggungku dan aku tidak senang tergesa-gesa sampai anak ini puas dengan keinginannya.”
6. Keutamaan Sujud
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Tidak ada seorang pun dari umatku kecuali aku mengenalnya pada hari kiamat kelak.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana Anda mengenal mereka padahal mereka berada diantara banyak makhluk?” Beliau bersabda ”Bagaimana pendapatmu jika diantara kumpulan kuda yang berwarna hitam terdapat seekor kuda yang berwarna putih di dahinya dan pada kaki-kakinya” Bukankah engkau dapat mengenalinya?” Jawab mereka ”Ya.”

Beliau bersabda ”Sesungguhnya pada hari itu umatku memancarkan cahaya putih dari wajahnya yang bekas sujud dan cahaya putih diwajar, tangan dan kaki yang bekas wudhu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Jika Allah ingin memberikan rahmat kepada ahli neraka maka Allah memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan mereka yang menyembah Allah lalu malaikat mengeluarkan mereka. Mereka dikenal karena ada bekas sujud pada wajahnya dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan tanda bekas sujud sehingga mereka dikeluarkan dari neraka. Semua anggota anak Adam akan dimakan oleh api neraka kecuali tanda bekas sujud.” (HR Bukhari & Muslim).

7. Sujud Di Atas Tanah dan Tikar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa sujud diatas tanah karena masjid Beliau tidak beralaskan tikar atau lainnya. Banyak hadits yang menerangkan hal ini diantaranya hadist Abu Said al-Khudri. Dalam hadits riwayat Muslim dan Abu Uwanah disebutkan bahwa para sahabat melakukan sholat berjamaah bersama Beliau ketika cuaca sangat panas. Jika diantara mereka ada yang tidak sanggup menempelkan dahinya ke tanah, maka dia membentangkan kainnya dan sujud diatas kain tersebut.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Bumi seluruhnya telah dijadikan sebagai masjid dan alat untuk bersuci (tayamum) bagiku dan seluruh umatku. Untuk itu dimana saja seseorang dari umatku menemui waktu sholat maka disitulah masjidnya dan alat bersucinya. Sebelumku mereka tidak dapat melakukan demikain karena meraka sholat di gereja-gereja dan kuil-kuil.” (HR Ahmad dan Baihaqi).

Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan sholat diatas tanah yang becek. Hal ini pernah terjadi pada pagi hari tanggal 12 Ramadhan ketika turun hujan dan halaman masjid tergenang air sedangkan atapnya terbuat dari pelepah kurma. Sehingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terpaksa sujud diatas tanah yang becek. Abu Sa’id al-Khudri dalam riwayat Bukhari dan Muslim berkata ”Saya melihat Rasulullah dan dikening serta hidung Beliau terlihat bekas lumpur.”

Sementara itu dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa kadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sholat diatas khumrah (tikar atau anyaman selebar sapu tangan) atau diatas tikar kecil. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah sujud diatas tikar yang sudah hitam karena sudah lama dipakai.

8. Bangkit dari Sujud (I’tidal)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kepalanya dari sujud (i’tidal) seraya mengucapkan takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukan yang demikian, ”Tidak sempurna sholat seseorang hinga sujud sampai tulang punggungnya tenang, kemudian mengucapkan Allhu Akbar. Lalu bangkit dari sujud sehingga duduk dengan tegak.” (HR Ahmad dan Abu Daud).

Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya seraya mengucapkan takbir. Kemudian membentangkan kaki kiri dan duduk diatas telapaknya dengan tenang. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga menyuruh orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukannya dan Beliau bersabda kepada orang itu ”Jika kamu bersujud maka hendaknya kamu menekan. Apabila bangkit dari sujud (i’tidal) maka duduklah diatas betis kirimu.” (HR Bukhari dan Baihaqi).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menegakkan kaki kanannya dan menghadapkan jari-jari kanannya ke arah kiblat.

9. Thumuninah ketika Duduk di Antara Dua Sujud
Terkadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk dengan menegakkan telapak kaki dan tumit kedua kakinya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan duduk diantara dua sujud dengan thumuninah sehingga tulang belakangnya rata dan mapan. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga menyuruh orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukan hal itu. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Tidak sempurna sholat seseorang diantara kamu sehingga dia melakukan yang demikian.” (HR Abu Daud dan Hakim).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melamakan duduknya sehingga hampir sama dengan sujudnya. Demikian yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam diam lama sampai ada yang mengatakan ”Beliau telah lupa.”

10. Doa ketika Duduk di Antara Dua Sujud
Ketika duduk diantara dua sujud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa sebagai berikut:

1. ”Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii, wahdinii, wa’aanifinii, warzuqnii.” (”Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
2. ”Rabbighfirlii rabbighfirlii.” (Wahai Tuhan, ampunilah aku, ampunilah aku”)

Beliau kadang membaca kedua doa tersebut ketika sholat malam(24). Kemudian Beliau bertakbir dan sujud yang kedua kalinya. Beliau menyuruh orang yang salah dalam sholatnya untuk melakukan yang demikian. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan kepadanya setelah menyuruhnya untuk melakukan thumuninah ketika duduk antara dua sujud ”Kemudian hendaknya kamu mengucapkan Allahu Akbar. Lalu sujud sehingga ruas-ruas tulang punggungmu rata atau mapan. Kemudian melakukan hal itu dalam semua sholat kamu.” (HR Abu Daud dan Hakim).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kadang mengangkat kedua tangannya seraya mengucapkan takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan sujud kedua sebagaimana sujud pertama kemudian bangkit sambil mengucapkan takbir.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyruh melakukan itu kepada orang yang salah dalam sholatnya sebagaimana perkataan Beliau kepada orang tersebut setelah menyuruhnya untuk melakukan sujud yang kedua. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dan bertakbir. Beliau mengatakan kepadanya ”Kemudian lakukanlah hal itu dalam setiap ruku dan sujud. Jika kamu melakukannya maka sempurnalah sholatmu. Tapi jika kamu menguranginya sedikit saja dari hal itu maka kamu telah mengurangi sholatmu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Setelah itu Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tegak. Yaitu duduk diatas telapak kaki kirinya dengan tegak sampai setiap ruas tulang punggungnya mapan. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit ke rakaat kedua dengan tangan bertumpu ke tanah. Demikian diriwayatkan Bukhari dan Syafi’i.

Menurut riwayat Abu Ishaq dan Bihaqi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bertumpu pada kedua tangannya jika berdiri ke rakaat berikutnya. Lalu ketika berdiri pada rakaat kedua, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengawali bacaan dengan alhamdulillah tanpa diam lebih dahulu. Demikian menurut Muslim dan Abu Uwanah. Pada rakaat kedua ini Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan seperti yang Beliau  Shallallahu Alaihi wa Sallamlakukan pada rakaat pertama, hanya saja bacaannya lebih pendek.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memerintahkan orang yang sholatnya salah untuk membaca al-Faatihah pada setiap rakaat sebagaimana sabda Beliau kepada orang tersebut setelah membaca al-Faatihah pada rakaat pertama, ”Kemudian lakukanlah seperti itu pada seluruh sholatmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan ”Pada setiap rakaat dalam sholatmu.” (HR. Ahmad). Dalam riwayat lain Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Pada setiap rakaat ada bacaan (al-Faatihah).” (HR Ibnu Majah dan Ibu Hibban)

D.TASYAHHUD AWAL
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tasyahud setelah rakaat kedua, jika sholat yang dilakukannya hanya dua rakaat, seperti sholat Subuh. Menurut Nasa’i Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk iftirasy’ (duduk diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dalam telapak kaki kanan yang ditegakkan), seperti ketika Beliau duduk diantara dua sujud. Demikian juga apabila Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk pada tasyahhud awal dalam sholat tiga atau empat rakaat.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh orang yang salah sholatnya untuk melakukan hal itu sebagaimana sabdanya ”Bila kamu duduk di pertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah, Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah r.a mengatakan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah melarangnya duduk diatas tumit seperti duduknya anjing. Dalam hadits Muslim dan Abu Uwanah, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang duduk diatas tumit seperti duduknya setan.

Muslim dan Abu Uwanah meriwayatkan bahwa apabila duduk tasyahhud, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan tangan kanan diatas paha kanannya (dalam riwayat lain disebutkan : pada lutut kanannya) dan meletakkan telapak tangan kirinya pada paha kiri (dalam riwayat lain disebutkan : pada lutut kirinya). Merenggangkan telapak tangannya diatas lutut. Menurut Nasa’i, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan siku kanan diatas pada kanannya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang bertumpu pada tangan kirinya pada waktu duduk tasyahud dalam sholat sebagaimana sabdanya ”Cara semacam itu adalah cara sholat orang Yahudi.” (HR Baihaqi dan Hakim).

Dalam hadits lain disebutkan ”Janganlah engkau duduk seperti itu karena duduk seperti tiu adalah duduknya orang yang sedang diazab.” (HR Ahmad dan Abu Daud).

Dalam hadits lain disebutkan ”Duduk seperti itu adalah cara duduk orang-orang yang dimurkai Allah.” (HR Abdur Razzaq).

1. Menggerakkan Jari Telunjuk ketika Duduk Tasyahhud
Dalam hadits riwayat Muslim dan Abu Uwanah disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam merenggangkan telapak tangan kiri diatas lutut kirinya. Tetapi Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menggenggam semua jari tangan kanannya dan mengacungkan telunjuknya ke kiblat. Lalu mengarahkan pandangan mata ke telunjuknya.

Pada riwayat yang sama disebutkan bahwa ketika Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengacungkan telunjuknya ibu jarinya memegang jari tengah. Terkadang ibu jari dan jari tengahnya membentuk lingkaran.

Abu Daud dan Nasa’i meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menggerak-gerakkan jari telunjuknya sembil berdoa. Beliau bersabda ”(Gerakan jari telunjuk) lebih ditakuti setan daripada pukulan besi.” (HR Ahmad dan Bukhari).

Sebagian sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mengambil suatu perbuatan atau meniru perbuatan sahabat yang lain yaitu menggerakkan telunjuknya sambil berdoa. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan ini dalam dua tasyahhudnya (tasyahhud awal dan akhir).

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Nasa’i disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melihat seorang sahabat berdoa sambil mengacungkan dua jarinya. Lalu Beliau  Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sambil mengacungkan telunjuknya kepada orang itu ”Satu saja! Satu saja!.”

 2. Kewajiban Duduk Tasyahhud Awal Dan Membaca Doa
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa tahiyat setiap dua rakaat. Yang pertama kali Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam lakukan dalam duduk (pada rakaat kedua) adalah membaca “At-tahiyyatu lillah.” Apabila Beliau lupa melakukan duduk (tasyahhud) pada dua rakaat yang pertama maka Beliau melakukan sujud sahwi. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh melakukan itu, ”Bila kamu sekalian duduk pada setiap dua rakaat ucapkanlah attahiyyat. Kemudian hendaklah seseorang memilih doa yang disenanginya dan memohon (apa yang diminta) kepada Allah Yang Mahaperkasa dan Mahamulia.” (HR Nasa’i, Ahmad, dan Thabrani)

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan tasyahhud kepada para sahabatnya seperti Beliau mengajarkan surah-surah al-Qur’an. Menurut sunnah (hadits riwayat Abu Daud dan Hakim), bacaan tasyahhud ini diucapkan dengan samar.

3. Macam-Macam Bacaan Tasyahhud
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabatnya berbagai macam bacaan tasyahhud.

1. Tasyahhud Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan tasyahhud sambil menggenggam tangannya seperti Beliau mengajarkan surah al-Qur’an, ”Attahiyyatulillah, washolawaatu wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu ...... (Semua ucapan penghormatan, pengagungan, dan pujian hanya milik Allah. Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah akan diberikan untukmu, wahai Nabi ..........) (dan seterusnya).

2. Tasyahhud Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas berkata ”Rasulullah telah mengajarkan kepada kami tasyahhud sebagaimana Beliau mengajarkan kepada kami surah al-Qur’an dimana bacaan tersebut berbunyi, ”Attahiyyaatul mubaarakaatush sholawaatuth thoyyibaatulillah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi bawarakaatuh ...... (Segala ucapan penghormatan, berkah dan karunia, ucapan pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan dan pmeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan karuniaNya. .....) (dan seterusnya).

3. Tasyahhud Ibnu Umar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan dalam tasyahhudnya, ”Attahiyyatulillah, washolawaatu wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh ..... (Semua ucapan penghormatan milik Allah, begitu pula kurnia dan pengagungan. Segala pertolongan dan pemeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi ..........) (dan seterusnya).

4. Dan lain-lain.

PERHATIAN
Perlu diperhatikan :(25)
Lafal assalaamu’alaika ini hanya diucapkan pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masih hidup saja oleh para sahabat. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah meninggal, para sahabat tidak lagi menggunakan kata-kata assalaamu’alaika lagi tetapi menggantinya dengan menggunakan kata assalaamu’alannabi.

Demikian yang telah dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata ”(Tasyahhud No. 1 itu digunakan) Pada saat itu Beliau (Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam) berada bersama kami, namun setelah Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, kami mengucapkan ’Assalaamu’alannabi ....... (sampai dengan selesei)’.” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah, II/90/I juga oleh Siraj dan Abu Ya’la dalam Musnadnya II, halaman 528 hadits ini ditakhrij dalam kitab Irwaa’ul Ghaliil No. 321.

Demikian juga Ibnu Hajar yang berkata ” Benar telah sahih riwayat itu tanpa keraguan (karena telah tetap riwayat tersebut dalam sahih al-Bukhari). Dan sungguh aku telah jumpai mutaba’an (riwayat yang lain) yang menguatkannya.” ’Abdur razzaq berkata : Ibnu Juraij mengabarkan kepadaku, ia berkata, ’Atha’ mengabarkan kepadaku bahwasannya para sahabat dahulu ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam masih hidup mengucapkan assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu. Setelah Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat mereka mengucapkan assalaamu’alannabi. Riwayat ini sanadnya shahih.

Untuk lebih jelas pembahasan masalah ini silahkan membaca buku ”Biografi Syaikh Al-Albani Mujaddin Dan Ahli Hadits Abad Ini” karangan Mubarak bin Mahfudh Bamuallim LC. Diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dalam bab ’Sunnah-Sunnah Yang Dihidupkan Oleh Imam Al-Albani’, halaman 101.

4. Shalawat Nabi, Tempat dan Lafalnya
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca shalawat untuk dirinya pada tasyahhud awal dan lainnya. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk melakukan itu seperti Beliau memerintahkan untuk mengucapkan shalawat setelah mengucapkan salam kepadanya. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat berbagai macam lafal shalawat. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.              “Allahumma sholi ‘ala muhammad, wa’ala ahli baitih, wa’ala azwaajihi, wadzurriyyatihi, kamaa shollaita ‘ala aali ibraahim, innaka hamiidun majiid, wabaarik ‘ala muhammad, wa’ala azwaajihii wadzurriyyatihi, kamaa baarakta ‘ala baitihi aali ibraahim innaka hamiidun majid(Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad(26) keluarganya, istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau (Allah) telah berikan kepada keluarga Ibrahim. …… (dan seterusnya).
Inilah lafal shalawat yang biasa dibaca Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

2.              “Allahumma sholli ‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa shollaita ‘ala ib-roohiim, wa’ala ib-rohiim, innaka hamiidun majiid, Allahumma baarik ‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa baarokta ‘ala ib-roohiim, wa’ala ib-rohiim, innaka hamiidun majiid” (Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan kepada keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung ………(dan seterusnya).

3. Dan lain-lain.

5. Bangkit Ke Rakaat Ketiga Dan Keempat
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit ke rakaat ketiga seraya mengucapkan takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan orang yang shalatnya salah untuk melakukan itu sebagaimana sabdanya, ”Kemudian lakukanlah seperti itu pada setiap rakaat dan sujud”.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan takbir ketika bangkit dari duduk, kemudian Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam kadang mengangkat kedua tangnnya bersamaan dengan mengucapkan takbir. Demikian yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud.

Apabila Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam hendak bangkit ke rakaat keempat, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan ”Allahu akbar”. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangnnya bersamaan saat takbir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh orang yang shalatnya salah untuk melakukan seperti ini.

Kemudian Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tegak diatas kaki kirinya sampai ruas tulang punggungnya mapan (lurus). Lalu, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit seraya bertumpu dengan tangannya ke tanah. Demikian diriwayatkan Bukhari dan Abu Daud.

6. Membaca Qunut Nazilah
Membaca Qunut Nazilah Pada Shalat Lima Waktu Karena Terjadi Musibah Yang Menimpa Kaum Muslim

Imam Bukhari dan Ahmad meriwayatkan bahwa apabila Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bermaksud memohon kebaikan atau kecelakaan bagi seseorang, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca qunut (do’a dalam shalat pada posisi berdiri) pada rakaat terakhir setelah bangkit dari ruku, yaitu setelah mengucapkan sami’allaahu liman hamidah, allaahumma rabbana lakal hamdu. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkannya dengan suara keras seraya mengangkat kedua tangannya dan para makmum dibelakang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengamininya (membaca amin).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca qunut pada shalat-shalat wajib, tetapi Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya melakukannya apabila memohon kebaikan atau malapetaka untuk suatu kaum. Demikian yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Daruquthni dan Ibnu Khuzaimah.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah membaca do’a qunut sebagai berikut ”Allahumma anjil waliidabnal waliid, wasalamatabna hisyam, wa’ayyaasyabna abii rabii’at, allahummasydud wath ataka ‘ala mudhoro waj’alhaa ‘alaihim kasinii yuusuf, allahummal’an lahyaana wara’laan wadzakwaana wa’ushoyyata ‘ashotillaha warasuulah”
(Ya Allah selamatkanlah Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam dan ’Ilyas bin Abi Rabi’ah. Ya Allah kuatkanlah cengkeramanMu kepada suku Mudhar dan turunkanlah malapetaka kepada mereka seperti malapetaka pada zaman Yusuf. Ya Allah kutuklah suku Lahyan dan Ra’l, Dzakwan dan para pendurhaka yang telah durhaka kepada Allah dan RasulNya)(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).

Setelah membaca qunut, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan Allahu akbar, lalu sujud. Demikian menurut Nasa’i dan Ahmad.

7. Membaca Qunut Witir
Dalam hadits riwayat Ibnu Nashr dan Daruquthni disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam terkadang(27) membaca qunut dalam shalat witir. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan qunut itu sebelum ruku, sebagaimana diriwayatkan Abu Daud dan Nasa’i.

Hasan bin Ali diajari do’a witir setelah membaca surah dalam shalat witir. Bacaan tersebut adalah sebagai berikut “Allahummahdinii fiiman hadait, wa’aafinii fiiman ‘aafait, watawalanii fiiman tawallait …… (dan seterusnya) (Ya Allah berikanlah aku petunjuk pada jalan orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku pertolongan sebagaimana Engkau memberi pertolongan kepada orang-orang yang Engkau tolong ……… (dan seterusnya) (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Abi Syaibah)

 D.TASYAHHUD AKHIR

1. Tasyahhud Akhir dan Kewajiban Membacanya
Setelah rakaat keempat, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tasyahhud akhir. Dalam tasyahhud akhir ini Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membaca bacaan seperti pada tasyahhud awal. Juga melakukan kegiatan seperti di awal. Hanya saja pada tasyahhud akhir ini Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk tawaruk. Yaitu punggung telapak kaki kiri menempel ke tanah, ujung kaki kiri dan kaki kanan berada pada satu sisi. Sehingga menjadikan kaki kiri berada di bawah paha dan punggung betis kaki kanan. Juga dengan menegakkan telapak kaki kanannya tetapi kadang mendatarkannya.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menahan tubuhnya pada lutut kirinya dengan telapak tangan kirinya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mencontohkan shalawat seperti Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mencontohkan hal itu dalam tasyahhud awal, sebagaimana yang telah dijelaskan.

2. Kewajiban Membaca Shalawat Nabi pada Tasyahhud Akhir
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah mendengar seseorang mengucapkan do’a dalam shalatnya tetapi tanpa mengucapkan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, “Orang ini tergesa-gesa”.

Kemudian Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggil orang itu lalu bersabda kepadanya dan orang yang lainnya, “Bila seseorang shalat, hendaklah ia memulainya dengan bacaan tahmid dan pujian kepada Allah ‘azza wa jalla. Kemudian mengucapkan shalawat Nabi lalu memanjatkan do’a yang diinginkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat seseorang sedang shalat. Kemudian ia membaca hamdalah dan memuji Allah lalu mengucapkan shalawat Nabi. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya ”Memohonlah niscaya akan dikabulkan dan mintalah niscaya akan diberi.” (HR. Nasa’i)

3. Kewajiban Memohon Perlindungan dari 4 Macam Hal
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Bila seseorang selesai membaca tasyahhud (akhir), hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari 4 perkara. Yaitu ’Allahumma innii a’uudzubika min ’adzaabi jahannam wamin ’adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal’ (Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dari fitnah Dajjal’. Selanjutnya hendaklah ia berdo’a memohon kebaikan untuk dirinya sesuai kepentingannya”. (HR. Muslim, Abu Uwanah, dan Nasa’i).

Menurut Abu Daud dan Ahmad, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa membaca do’a tersebut dalam tasyahhudnya.


Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan do’a tersebut kepada para sahabatnya seperti Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan surah Al-Qur’an kepada mereka.

4. Membaca/Mengucapkan Salam
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan seraya mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kanannya yang putih. Juga menoleh ke kiri seraya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kirinya yang putih. Demikian diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi.

Menurut riwayat Abu Daud terkadang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menambahkan dengan “Wabarokaatuh” pada salam pertamanya.

Dalam hadits riwayat Nasa’i disebutkan bahwa ketika menoleh ke kanan, terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, dan ketika menoleh ke kiri hanya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum”. Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan salam sekali saja dengan ucapan “Assalaamu ‘alaikum” (dengan sedikit memalingkan wajahnya ke kanan). Demikian yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi.

Ketika mengucapkan salam para sahabat ada yang mengisyaratkan (menggerakkan) dengan tangan mereka waktu menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini dilihat oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengapa kamu menggerakkan tanganmu seperti ekor kuda yang gelisah? Bila seseorang diantara kamu mengucapkan salam, hendaknya ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya”. (Ketika mereka melakukan shalat berikutnya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka tidak melakukannya lagi.

Dalam riwayat lain dikatakan ”Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya diatas pahanya, kemudian mengucapkan salam dengan menoleh ke saudaranya yang ada disebelah kanannya dan saudaranya disebelah kirinya”. (HR. Abu Uwanah dan Thabrani).

PENUTUP 
Semua sifat shalat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang telah diuraikan diatas adalah berlaku bagi semua orang, baik pria maupun wanita. Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengatakan ”Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat”, bersifat umum dan juga mencakup kaum wanita.

Ibrahim an-Nakhai berkata ”Wanita melakukan pekerjaan dalam shalat seperti yang dilakukan kaum pria.” Demikian diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih.

Sementara itu hadits yang mengatakan bahwa wanita harus menutup tangan mereka saat sujud yang tidak sama dengan pria, maka sebenarnya hadits tersebut mursal sebagaimana diriwayatkan Abu Daud. Begitu juga hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Umar bahwa dia menyuruh istrinya untuk duduk bersila dalam shalat, sanadnya tidak sahih. Sedangkan Imam Bukhari dalam Tarikh ash-Shaghir halaman 95 meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ummu Darda bahwa dia duduk dalam shalat sebagaimana duduknya laki-laki, padahal dia seorang wanita paham agama.

Footnote
1.       Taklid inilah yang dimaksud oleh imam Thahawi dalam ucapannya, “Tidak bertaklid kecuali  orang yang fanatis dan bodoh”. Disadur oleh Ibnu Abidin dalam Rasmu al-Mufti (1/32) dari  kumpulan risalahnya.
2.        Dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin (1/224 cet. Al-Maktab al-Islami) Nawawi berkata, “Niat adalah maksud. Seseorang yang akan melakukan sholat tertentu dalam hatinya telah terdetik maksud sholat yang akan dilakukannya seperti sholat Dzuhur, sholat fardhu, dan lainnya. Kemudian maksud ini dinyatakan bersamaan dengan awal takbir.”
3.       Yaitu melarang perbuatan-perbuatan yang dilarang Alloh.
4.       Yaitu menghalalankan apa saja yang dilakukan diluar sholat.
5.       HR Bukhari & Abu Daud.
6.       HR Bukhari & Nasa’i
7.       HR Bukhari & Nasa’i
8.       HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi.
9.        HR Bukhari & Abu Daud
10.    HR Muslim dan Abu Daud dan telah ditakhrij dalam Irwa’ (352).
11.    HR Abu Daud, Nasa’I dan Ibnu Khuzimah dengan sanad yang benar dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
12.    HR Malik, Bukhari dan Abu ‘Uwanah.
13.    HR Nasa’I dan Daruquthni dengan sanadnya yang sahih.
14.    HR Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah.
15.    HR Abu Daud dan Hakim serta dibenarkan olehnya serta disetujui oleh Zahabi.
16.    HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi dan Hakim serta dibenarkan olehnya dan setujui oleh Zahabi.
17.    HR Baihaqi dengan sanad yang sahih, Ibnu Abi Syaibah (1/82/2) dan Siraj dari jalur lain.
18.    HR Abu Daud dan Tirmidzi serta dibenarkan olehnya dan Ibnu Mulqin (27/2). Disebutkan dalam kitab Irwa’u al-Ghalil (309)
19.    Maksudnya adalah menyibak lengan baju dan rambut agar tidak terurai ke bawah pada waktu ruku dan sujud sebagaimanan disebutkan dalam kitab an-Nihayah. Larangan inii tidak hanya pada waktu sholat. Bahkan apabila sebelum masuk sholat dia melakukannya, maka menurut jumhur ulama tidak dibolehkan. Hal ini diperkuat oleh larangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada seorang laki-laki yang menyibak rambutnya saat sujud.
20.    Maksudnya adalah menyibak lengan baju dan rambut agar tidak terurai ke bawah pada waktu ruku atau sujud sebagaimana disebutkan dalam kitab an-Nihayah. Larangan ini tidak hanya pada waktu sholat. Bahkan apabila sebelum masuk sholat dia melakukannya maka menurut jumhur ulama tidak dibolehkan. Hal ini diperkuat oleh larangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada seorang laki-laki yang menyibak rambutnya saat sujud.
21.    HR Bukhari & Abu Daud.
22.    HR Bukhari & Muslim. Desebutkan dalam Irwa’u al-Ghalil (354)
23.    HR Muslim, Abu ‘Uwanah dan Ibnu Hibban
24.    Doa-doa ini tidak khusus dibaca pada sholat sunnah saja, melainkan disyariatkan juga untuk sholat fardhu, karena sholat sunnah dan fardhu tidaklah berbeda. Demikianlah menurut Imam Syafi’I, Ahmad dan Ishaq. Mereka mengatakan bahwa doa-doa ini boleh dibaca pada waktu sholat fardhu dan sholat sunnah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam Thahawi juga mengatakan demikain sebagaimana disebutkan dlam kitab Musykil al-Atsar. Pandangan yang benar akan menguatkan hal itu. Karena dalam semua bagian sholat telah disyariatkan adanya doa, maka sepatutnya hal itu juga berlaku disini. Hal ini tidak sulit untuk dipahami.
25.    Tulisan ini diambil dari buku ”Biografi Syaikh Al-Albani, Mujaddin Dan Ahli Hadits Abad Ini” karangan Mubarak bin Mahfudh Bamuallim LC. Diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dalam bab ’Sunnah-Sunnah Yang Dihidupkan Oleh Imam Al-Albani’, hlm 101.
26.    Pengertian shalawat Nabi yang paling baik telah dikemukakan oleh Abu ‘Aliyah bahwa maksud Allah bershalawat kepada Nabi adalah Allah memuji dan memuliakannya. Sedangkan maksud Malaikat bershalawat kepada Nabi adalah mereka memohon kepada Allah untuk memberi kedudukan terpuji dan terhormat kepada Beliau. Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari mengemukakan pendapat yang populer tentang makna Allah bershalawat kepada Nabi yaitu Allah memberi rahmat kepadanya. Pembahasan secara mendetail telah dipaparkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab Jala’ul Afham.
27.    Para sahabat yang meriwayatkan shalat witir ini tidak menyebutkan adanya qunut. Maka kami katakan bahwa hal itu ”kadang” Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam lakukan. Sebab bila Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu melakukannya, tentu para sahabat akan meriwayatkannya. Memang hanya Ubay bin Ka’ab yang meriwayatkan hal itu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal ini menunjukkan bahwa Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukannya kadang-kadang dan tidak wajib. Inilah yang menjadi pendapat jumhur ulama. Hal ini juga diakui ahli fikih, Ibnu Hammam dalam Kitab Fathul Qadir (1/306, dan 360). Ia menyatakan bahwa mewajibkan qunut dalam witir adalah pendapat lemah yang tidak berdasarkan dalil yang kuat. Hal ini merupakan sikap lapang dadanya (maksudnya Ibnu Hammam) dan tidak fanatik terhadap mazhabnya. Sebab mazhab yang diikutinya berlawanan dengan pendapatnya ini

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Amalan yg pertama kali di hisab adalah sholat... maka perbaikilah sholat kita...

    BalasHapus
  3. pada bbrp bacaan dzikir diatas (seperti bacaan tasyahud), kenapa selalu diakhiri dgn ".... dan seterusnya"? bagi kami yg awam, ini membingungkan, krn sepertinya bacaan tsb belum tuntas. padahal kami berharap yg disajikan adalah bacaan yg lengkap

    BalasHapus

Al-Qur'an Wal Hadits Ala Fahmi Salaf

Manhaj salaf adalah satu-satunya manhaj yang diakui kebenarannya oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena manhaj ini mengajarkan pemahaman dan pengamalan islam secara lengkap dan menyeluruh, dengan tetap menitikberatkan kepada masalah tauhid dan pokok-pokok keimanan sesuai dengan perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:(lihat QS.At Taubah: 100)/(Qs. Al Baqarah: 137)Dalam hadits yang shahih tentang perpecahan umat ini menjadi 73 golongan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Semua golongan tersebut akan masuk neraka, kecuali satu golongan, yaitu Al Jama’ah“. Dalam riwayat lain: “Mereka (yang selamat) adalah orang-orang yang mengikuti petunjukku dan petunjuk para sahabatku.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimy dan imam-imam lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyyah, Asy Syathiby dan Syaikh Al Albany. Lihat “Silsilatul Ahaaditsish Shahihah” no. 204) Maka mengikuti manhaj salaf adalah satu-satunya cara untuk bisa meraih keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana hanya dengan mengikuti manhaj inilah kita akan bisa meraih semua keutamaan dan kebaikan yang Allah ta’ala janjikan dalam agama-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik umatku adalah generasi yang aku diutus di masa mereka (para sahabat radhiyallahu ‘anhum), kemudian generasi yang datang setelah mereka, kemudian generasi yang datang setelah mereka.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)