Powered By google

Sabtu, 04 Desember 2010

SHIFAT SHALAT NABI S.A.W - Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani Bab I

A.     MEMULAI SHALAT

1. Menghadap Kiblat

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam melaksanakan sholat fardhu dan sunnah menghadap kiblat. Beliau pun memerintahakannya demikian dalam sabdanya kepada orang yang tidak benar sholatnya, ”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam perjalanannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasanya melakukan sholat sunnah diatas kendarannya (unta). Beliau juga melakukan witir diatas kendaraannya dan mengadap kemana saja kendaraannya menghadap (timur maupun barat). Alloh berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 115: ”Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Alloh”. Dalam riwayat Bukhari dan Ahmad disebutkan bahwa apabila hendak melakukan sholat fardhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam turun dari tunggangannya lalu menghadap kiblat.

2. Berdiri

Dalam sholat fardhu dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakkukannya sambil berdiri sesuai dengan perintah Alloh Ta'ala dalam QS al-Baqarah ayat 238 (artinya) ”Berdirilah untuk Alloh (dalam sholatmu) dengan khusyu.”

Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan sholat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, yaitu ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk. Setelah selesei sholat Beliau bersabda ”Kalian tadi hampir saja melakukan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia, dimana mereka berdiri di depan rajanya sedangkan rajanya duduk. Maka janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR Muslim).

Sholat orang sakit sambil duduk, seperti sabda Beliau ”Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak bisa sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Juga beliau bersabda ”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu lebih utama. Adapun bagi yang melakukannya sambil duduk maka baginya separoh pahala yang berdiri. Barangsiapa yang sholat sambil tidur (terlentang) baginya separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini adalah orang yang sakit.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad).

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengunjungi orang yang sakit lalu melihat orang itu melakukan sholat diatas bantal. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil bantal itu dan melemparkannya. Orang itu lalu mengambil ’ud (papan kayu) untuk sholat diatasnya. Tatapi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil dan membuangnya lalu bersabda ”Sholatlah diatas tanah bila engkau bisa. Bila tidak cukuplah dengan isyarat, dan hendaknya isyarat sujudnya lebih rendah dari rukumu.” (HR. Thabrani, Bazzar dan Baihaqi).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Ahmad, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri di dekat pembatas.  Jarak antara beliau dan pembatas sekitar 3 hasta. Menurut Bukhari dan Muslim, jarak antara tempat sujudnya dan tembok cukup untuk dilalui seekor kambing.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Janganlah engkau sholat kecuali dengan pembatas, dan janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di depanmu dikala sholat. Jika dia memaksakan kehendaknya lewat di depanmu, bunuhlah dia karena sesungguhnya ia bersama dengan setan.” (HR. Ibnu Khuzimah); dan juga ”Jika seseorang dari kalian melakukkan sholat pada pembatas hendaknya mendekatkan pada batas itu sehingga setan tidak dapat memutus sholatnya.” (HR Abu Daud, Bazzar dan Hakim).

Apabila Beliau sholat di tempat terbuka, tidak ada sesuatu sebagai pembatas (didepan tempat sholat), maka beliau menancapkan tombak didepannya. Lalu beliau melakukan sholat menghadap pembatas itu, sedangkan orang-orang bermakmum dibelakangnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah. Beliau bersabda, ”Apabila seseorang diantara kalian meletakkan tiang sepanjang pelana di depannya, maka sholatlah menghadapnya dan hendaknya tidak menghiraukan orang yang lewat dibelakang tiang itu.” (HR Muslim dan Abu Daud).

Ibnu Khuzimah, Thabrani dan Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah membiarkan sesuatu yang melewati antara dirinya dan pembatasnya. Pernah Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam sholat lalu lewat didepannya seekor kambing. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendahuluinya maju kedepan sampai perutnya menempel di dinding (sehingga kambing itu melewati belakang Beliau).

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sholat wajib, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menggenggam tangannya. Usai sholat mereka bertanya “Wahai Rasulullah, adakah sesuatu yang baru dalam sholat?” Beliau menjawab “Tidak, hanya saja setan hendak lewat di depanku. Lalu aku cekik sampai lidahnya terasa dingin di tanganku. Demi Alloh, seandainya saudaraku, Nabi Sulaiman tidak mendahuluiku, maka aku akan ikat setan itu pada sebuah tiang masjid sehingga dapat dilihat anak-anak kecil penduduk Madinah.” (HR Ahmad, Daruquthni dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Apabila seseorang melakukkan sholat menghadap sesuatu sebagai pembatas dari orang lain, maka apabila seseorang melampaui batas didepannya itu maka hendaknya mendorong sekuatnya atau semampunya (dalam riwayat lain disebutkan: hendaknya menghalanginya dua kali). Jika ia tetap menerobos maka bunuhlah ia. Sesungguhnya dia adalah setan.” (HR Bukhari dan Muslim); juga Beliau bersabda ”Apabila orang yang lewat di depan orang yang sholat itu mengetahui dosanya, niscaya dia akan lebih baik berdiri 40 (empat puluh) tahun daripada berlalu didepan orang yang sholat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Sholat seseorang menjadi putus apabila tidak dibatasi dengan semacam pelana didepannya lalu dilewati oleh wanita haid (balig), keledai dan anjing hitam” Abu Dzar berkata ”Wahai Rasulullah, apakah bedanya anjing hitam dan anjing berwarna merah?” Beliau menjawab ”Anjing hitam adalah setan.” (HR Muslim, Abu Daud & Khuzaimah).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang orang melakukan sholat menghadap kubur dengan sabdanya ”Janganlah kalian sholat menghadap kubur dan janganlah duduk diatasnya.” (HR Muslim, Abu Daud & Ibnu Khuzimah).

3. Niat

C. Niat(2)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya." (HR Bukhari & Muslim)

4. Takbir

Dalam hadits riwayat Muslim dan Ibnu Majah, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuka sholatnya dengan ucapan Allohu Akbar (Alloh Mahabesar). Beliaupun memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya, sebagaimana sabda Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam ”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata Allohu Akbar”(HR Thabrani)

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Kunci sholat adalah suci, tahrimnya(3) pengharamannya adalah takbir dan thalilnya(4), penghalalannya adalah salam.” (HR Abu Daud, Tirmidzi & Hakim).

Dalam hadits riwayat Ahmad dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat suaranya dalam takbir sehingga terdengar oleh orang-orang yang makmum dibelakangnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Apabila imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah Allohu Akbar” (HR Ahmad dan Baihaqi).

5. Mengangkat Tangan

Terkadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan takbir(5), dan terkadang mengangkatnya setelah takbir(6), dan terkadang (mengangkat tangan) setelah ucapan takbir(7).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam)(8). Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkatnya sampai sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sampai kedua telinganya(9).

6. Meletakan Tangan Kanan Di Atas Tangan Kiri (Bersedekap)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya(10). Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Sesungguhnya para Nabi memerintahkan kepada kita agar mempercepat saat berbuka dan mengakhirkan waktu sahur dan agar meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kita dalam sholat.” (HR Ibnu Hibban dan Dhiya).

7. Meletakkan Kedua Tangan (Bersedekap) di Dada

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan tangan kanan diatas punggung tangan kirinya, pergelangan dan lengan(11), dan memerintahkan demikain kepada sahabat-sahabatnya(12). Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenggam lengan kirinya dengan jari-jari tangan kanannya(13). Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan keduanya diatas dada(14).

8. Khusyu dan Memandang Tempat Sujud

Dalam hadits riwayat Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sholat

menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah. Rasulullah melarang mengangkat pandangannya ke langit sebagaimana tercantum dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud.

Larangan itu dipertegas dengan sabdanya ”Hendaknya orang-orang menghentikan mengarahkan pandangannnya ke langit pada waktu sholat atau tidak dapat kembali lagi kepada mereka (dalam riwayat lain disebutkan : atau mata-mata mereka tercolok)”. (HR Bukhari, Muslim & Siraj).

Dalam hadits lain disebutkan ”Apabila kalian melakukan sholat maka hendaknya janganlah menolah-noleh karena Alloh akan menghadapkan wajahNya kepada wajah hambanya ketika sholat selama ia tidak menolah-noleh.” (HR Tirmidzi dan Hakim)

Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Ya’la disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang 3 perkara dalam sholat. Yaitu sholat dengan cepat seperti ayam yang mematuk, duduk diatas tumit seperti duduknya anjing, dan menolah-noleh seperti musang. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).

Beliau telah sholat dengan baju yang terbuat dari wol yang bergambar, lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat sepintas gambar-gambar itu. Usai sholat Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Bawalah bajuku ini kepada Abu Jahm dan bawalah kepadaku kain yang kasar Abu Jahm. Karena bajuku ini telah mengalihkan perhatian sholatku tadi. (dalam riwayat lain dikatakan: "Sesungguhnnya aku telah melihat gambarnya saat sholat dan hampir saja aku tergoda).” (HR Bukhari, Muslim & Malik).
 
Aisyah mempunyai kain bergambar untuk tirai, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sholat menghadapnya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Jauhkanlah kain itu, sesungguhnya gambarnya mengganggu sholatku.” (HR Bukhari & Muslim).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Tidak sempurna sholatnya orang yang telah terhidang makannya, serta ketika menahan keluarnya angin dan buang air.” (HR Bukhari & Muslim).
 
9. Doa dan Bacaan dalam Sholat

A. Doa-Doa Pembuka

B. Tata Cara Bacaan Dalam Sholat

C. Bacaan-Bacaan Sholat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

D. Bacaan Tartil dan Memerdukan Suara

E. Membetulkan Bacaan Imam Yang Salah

F. Bertaawwudz Dan Meludah Saat Sholat Untuk Menghilangkan Gangguan



a) Doa-Doa Pembuka

Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuka bacaan dengan doa-doa yang banyak dan bermacam-macam. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memuji Alloh, mengagungkanNya dan menyanjungNya. Rasulullah telah memerintahkan demikian bagi yang tidak benar sholatnya.

Beliau bersabda ”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga ia bertakbir, bertahmid dan menyanjungNya serta membaca ayat-ayat al-Qur’an yang dihapal.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam bacaan pembukaan, terkadang Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa sebagai berikut:

1.              Allohumma baa’id baini wa baina khothoyaya ...... dan seterusnya.

2.              Wajjahtu wajhiya lilladzi fathorossamawaati wal ardh ....... dan seterusnya.

3.              Subhaanaka Allohumma wabihamdika wa tabaarakasmuka wadduka walaa ilaha ghoiruka, yang artinya ”Mahasuci Engkau ya Alloh, Maha Terpuji Engkau, Mahamulia Engkau serta Mahatinggi kehormatanMu dan tiada tuhan selain Engkau (HR Ibnu Mundih dan Nasa’i)

4.      Dan lain-lain.

b) Tata Cara Bacaan dalam Sholat

1. Membaca Ta’awwudz

Kemudian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca ta’awwudz  dengan mengucapkan ”A’udzubillahi minasyaithonirrojim min hamazihi wanafkhihi wanafatsihi” (Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya) (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim).



Terkadang Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menambahinya dengan ”A’udzubillahis-samii’il’alim minasysyaithoonirrojim” (Aku berlindung kepada Alloh Yang Mahamendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang terkutuk) (HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad).



Setelah itu Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca ”Bismillahirrahmaannirrahim” (Dengan nama Alloh Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang) (dengan tanpa mengangkat/mengeraskan suara). (HR Bukhari, Muslim & Ahmad)



2. Membaca Surat al-Faatihah, Ayat per Ayat 

Kemudian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap ayat :

a. Bismillaahir-rahmanir-rahim.

b. Alhamdulillaahirab-bil’aalamiin.

c. Sampai dengan akhir ayat.



Demikian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca al-Fatihah sampai akhir surah. Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menyambung ayat dengan ayat berikutnya. Demikian yang diriwayatkan Abu Daud dan Sahmi.



3. Membaca al-Faatihah Sebagi Rukun Dan Keutamaannya

Beliau selalu mengagunggkan surat ini dengan sabdanya ”Tidak sah sholat seseorang apabila belum membaca surah al-Faatihah (dan seterusnya). (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi)



4. Mengeraskan Bacaan Bagi Makmum

Sebelumnya Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membolehkan makmum membaca al-Fatihah dengan keras. Akan tetapi pada suatu sholat Subuh Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa terganggu oleh bacaan seorang makmum.



Setelah selesei sholat Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Apakah kalian tadi ikut membaca bacaan imam?” Mereka menjawab “Benar, akan tetapi dengan cepat wahai Rasulullah” Rasulullah berkata “Janganlah kalian lakukan kecuali kalian membaca al-Fatihah. Sesungguhnya tidak sah sholat seseorang kecuali membacanya.” (HR Bukhari, Abu Daud & Ahmad).



Tetapi kemudian membaca cara ini dilarang oleh Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Yaitu ketika Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali dari sholat jahr (sholat yang dibolehkan membaca al-Qur’an dengan keras). Dalam sebuah riwayat dikatakan pertisiwa itu terjadi pada sholat Subuh. Beliau bersabda ”Adakah tadi kalian mengikutiku membaca al-Qur’an dengan suara keras?” Seseorang menjawab ”Aku wahai Rasulullah” Nabi  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamberkata ”Kenapa ada yang membaca demikian sehingga mengganggu bacaanku?” Abu Hurairah berkata ”Maka para sahabat berhenti membaca al-Qur’an dengan keras dalam sholat dimana Rasulullah mengeraskan bacaannya ketika mereka mendengar teguran dari Rasulullah. (Mereka membaca tanpa suara pada sholat dimana imam tidak mengeraskan bacaan)” (HR Malik, Humaidi, Abu Daud dan Bukhari).



Maka berdiam saat imam membaca al-Qur’an menjadi syarat kesempurnaan bermakmum.



Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum, maka apabila mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Janganlah membaca al-Qur’an, diam dan dengarkanlah.” (HR Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah).



Oleh karena itu makmum yang mendengarkan bacaan imam tidak perlu lagi turut membacanya. Sabda Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ”Barang siapa yang sholat bermakmum maka bacaan imam adalah menjadi bacaannya juga.” (HR Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad). Ini untuk sholat-sholat yang jahr (imam mengeraskan bacaannya).



5. Kewajiban Membaca Tanpa Suara

Adapun pada sholat-sholat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menetapkan kehaursan membaca al-Qur’an padanya. Jabir berkata ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah (saja).” (Riwayat Ibnu Majah).



6. Imam Mengucapkan Amin Dengan Mengangkat Suara

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai membaca al-Faatihah, Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang. Orang-orang yang bermakmum pun dianjurkan untuk mengucapkannya. Sabda Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ”Apabila imam sholat mengucapkan ”Ghoiril maghdhuubi’alaihim waladhaaliin” maka katakanlah ”Amin”. (Sesungguhnya malaikiat berkata ”Amin” dan imampun mengucapkan ”Amin”).

Dalam lafal lain disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka ikutilah dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu bersama dengan ucapan malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan : Apabila seseorang mengucapkan amin dalam sholat, dan para malaikat di langit mengucapkan amin dengan bersamaan) niscaya dosa-dosanya akan diampuni.” (HR Bukhari, Muslim & Nasa’i).



Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Tidak ada suatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang imam).” (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).



7. Bacaan Setelah Membaca al-Faatihah.

Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surah lainnya. Terkadang membaca surah panjang dan kadang surah pendek karena suatu penyebab seperti sedang dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra.



8. Boleh Hanya Membaca al-Faatihah

Mu’adz pernah sholat Isya berjamaah dengan Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di akhir waktu, lalu pulang. Disana ia sholat lagi bersama sahabat-sahabatnya sebagai imam. Dlam jamaah itu terdapat seorang anak muda bernama Sulaim dari bani Salamah. Anak muda itu merakan sholatnya terlalu lama, maka ia keluar dan sholat sendiri di pojok masjid. Usai sholat ia bergegas keluar masjid dan menunggang untanya langsung meninggalkan tempat itu.



Setelah sholat Mu’adz diberitahu akan kejadian ini. Ia berkata ”Sungguh hal ini perbuatan munafik!. Aku akan laporkan apa yang diperbuatnya kepada Rasulullah.” Anak muda itu juga berkata ”Aku juga akan adukan apa yang dilakukan kepada Rasulullah.”



Keesokan harinya mereka datang kepada Rasulullah. Mu’adz mengadukan apa yang dilakukan anak muda itu, dan anak muda itupun melaporkan apa yang diperbuat oleh Mu’adz. Ia berkata ”Wahai Rasulullah dia telah sholat yang lama denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami kami dengan lama”.



Rasulullah menjawab ”Wahai Mu’adz akankah engaku membuat fitnah?” 



Rasulullah bertanya kepada anak muda itu, ”Apa yang engkau lakukan dalam sholatmu?”

Ia menjawab, ”Aku membaca al-Faatihah, lalu berdoa memohon surga kepada Allah, dan berlindung dari siksa neraka. Aku tidak tahu apa yang engaku baca dengan suara lirih dan yang dibaca Mu’adz”



Nabi menyahut, ”Aku dan Mu’adz seperti ini (telunjuk dan jari tengah).”



Anak muda itu berkata, ”Akan tetapi Mu’adz akan tahu kalau musuh datang, sedangkan mereka telah diberitahu bahwa musuh telah datang di tempat mereka.” Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata ”Kaum tersebut kemudian datang menyerang dan anak muda itu gugur sebagai syahid.



Lalu Rasulullah  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda kepada Mu’adz ”Setelah peristiwa itu bagaimana kamu dengan orang yang mengadukanmu kepadaku?”



Mu’adz menjawab ”Wahai Rasulullah, Allah Mahabenar dan saya keliru. Anak muda itu telah gugur sebagai syahid.” (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim)

9. Membaca al-Faatihah Dengan Suara Keras dan Tanpa Suara Pada Sholat Lima Waktu Dan Sholat Lainnya.

Pada sholat Suhubh dan pada rakaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib dan ’Isya, Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkna pada sholat Dzuhur dan Ashar Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membacanya dengan tanpa suara. Para sahabat mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sholat-sholat yang tanpa suara dari gerakan jenggotnya dan terkadang Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu Daud.



Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan) suara pada sholat Jum’at , ’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqa’ (sholat meminta hujan), dan sholat Kusuf (gerhana).



c) Bacaan-Bacaan Sholat Nabi

Bacaan sholat Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermacam-macam.



Kadang Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surat ar-Rum (60 ayat), kadang ash-Shaffat (182 ayat), kadang surat Zalzalah (7 ayat) dan lain-lain.



d) Membaca secara Tartil dan Memerdukan Suara

Perintah Allah terhadap Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah agar membaca al-Qur’an dengan tartil, tidak pelan, dan tidak terlalu cepat. Tetapi dibaca kalimat per kalimat sehingga bacaan satu surah lebih lama daripada dibaca dengan biasa.



Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Kelak akan dikatakan kepada orang yang membaca al-Qur’an ”Bacalah, telitilah dan tartillah sebagaimana engkau mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu adalah diakhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).



Beliau menyuruh para sahabatnya untuk membaca al-Qur’an dengan suara merdu dalam sabdanya ”Hiasilah al-Qur’an dengan suaramu. Sesungguhnya suara yang bagus dapat menjadikan al-Qur’an bertambah indah.” (HR Bukhari, Abu Daud & Hakim)



Beliau juga bersabda ”Sesungguhnya orang yang bagus suaranya adalah apabila engkau mendengarkan suara bacaan al-Qur’an sedangkan kamu mengira bahwa dia adalah orang yang takut kepada Allah.” (HR Thabrani, Ibnu Mubarak & Abu Nu’aim)



e) Membetulkan Bacaan Imam

Abu Daud, Ibnu Hibban dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh membetulkan imam yang salah membaca al-Qur’an.



Beliau pernah melakukan sholat dan salah dalam membaca al-Qur’an. Usai sholat beliau bertanya kepada Ubay, ”Apakah engkau sholat bermakmum dengan saya?” Ubay menjawab ”Benar” Beliau menimpali ” Kenapa tidak membetulkan bacaanku yang salah?”


f) Berta'awudz dan Meludah saat Solat

Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad disebutkan bahwa Utsman bin Abi ’Ash berkata kepada Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menggangguku ketika aku membaca al-Qur’an saat sholat sehingga sholatku kacau.” Rasulullah  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Itulah setan yang bernama Khinzib. Jika engkau merasakan keahdirannya, bacalah ta’awwudz dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali.” 



Utsman berkata ”Aku kemudian melakukannya sehingga Allah mengeyahkan setan dariku.”



B.TATA CARA RUKU DAN BACAANNYA

Setelah membaca al-Qur’an, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam diam sejenak. Lalu Beliau  Shallallahu Alaihi wa Sallammengangkat kedua tangannya sebagaimana yang telah dijelaskan pada penjelasan di depan dalam Takbiratul Ihram. Kemudian mengucapkan Allahu Akbar, lalu ruku.


1. Tata Cara Ruku

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan sahabatnya melakukan yang demikian. Juga memerintahkan orang yang tidak benar sholatnya.



Kedua telapak tangan Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam tampak menekan kedua lututnya (seakan-akan mencengkram keduanya). Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam merenggangkan jari-jarinya. Lalu memerintahkannya kepada orang yang tidak benar sholatnya dalam sabdanya ”Jika engkau ruku letakkanlah kedua tangnmu di atas lututumu. Kemudian renggangkanlah jari-jarimu sampai tulang belakangmu menjadi mapan ditempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah & Ibnu Hibban).



Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya. Ketika ruku Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membentangkan dan meluruskan punggungnya sampai-sampai jika dituangkan air dari diatasnya tidak akan tumpah, Lalu, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada orang yang tidak benar sholatnya ”Jika engkau ruku, letakkanlah tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu dan tekanlah tanganmu dalam rukumu.” (HR Ahmad & Abu Daud)



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak membungkuk terlalu kebawah dan tidak pula mendongakkan terlalu keatas. Akan tetapi tengah-tengah di antara keduanya.



2. Wajib Thumaninah dalam Ruku

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan thumaninah (tenang) dan memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya sebagaimana yang dijelaskan diatas. Sabda Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam ”Sempurnakanlah ruku dan sujudmu. Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya, sesungguhnya aku benar-benar melihat kamu dari balik punggungku saat kamu ruku dan sujud.” (HR Bukhari & Muslim).



Dalam riwayat Ath-Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah berkata ”Kekasihku Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangku bersujud dengan cepat seperti halnya ayam yang mematuk makanan, menoleh-nolah seperti musang dan duduk sepeti kera.”



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda Pencuri yang paling jahat adalah pencurian yang mencuri dalam sholatnya.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana yang dimaksud dengan mencuri dalam sholat itu?” Rasulullah menjawab ”Yaitu orang yang tidak sempurna ruku dan sujudnya dalam sholat.” (HR Thabrani dan Hakim).



Ketika sedang sholat, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melirik orang yang sujud dan ruku dengan punggung tidak lurus. Usai sholat Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Wahai kaum muslimin, sesungguhnya tidak sah sholat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku dan sujud.” (HR Ibnu Majah & Ahmad).



3. Bacaan-Bacaan Ruku

Dalam ruku Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca bacaan yang beragam. Terkadang membaca sebuah bacaan dan di lain kesempatan membaca bacaan lain. Diantara bacaan Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah

1.              ”Sub hana rabbiyal’adhim” (3x) (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung”) (Dibaca 3 kali) (HR. Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah). Terkadang membacanya lebih dari 3 kali (yang menunjukkan lamanya sholat Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam). Bahkan pada suatu kali dalam sholat lail Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membacanya dengan mengulang-ulang sehingga lama ruku’nya sama dengan lama berdirinya. Padahal Beliau membaca 3 surah panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran) diselingi dengan doa-doa dan istighfar.

2.              ”Sub hana rabbiyal’adhimi wabihamdih” (3x) (”Mahasuci dan Mahaagung Allah, segala puji bagiNya”) (Dibaca 3 kali) (HR Abu Daud, Daruquthni, Ahmad & Thabrani).

3.              ”Sub hanaka allahumma wabihamdika allahummagh firli” (”Mahasuci Engkau wahai Thuhan dan dengan memujiMu ampunilah aku”) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memperbanyak dao ini dalam ruku dan sujudnya.

4.              Dan lain-lain.

4. Larangan Membaca Al-Qur’an Saat Ruku

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang membaca al-Qur’an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah sesungguhnya aku melarang bacaan al-Qur’an saat ruku. Hendalah kalian mengagungkan Tuhan Yang Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya bersungguh-sungguhlah berdoa karena doa itu tentu dikabulkan.” (HR Muslim & Abu Uwanah).



5. Bangun dari Ruku (I’tidal) dan Bacaannya

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit dari ruku sambil mengucapkan ”Sami allahu liman hamidah ”(Allah mendengar ornag yang memujiNya”) (HR Bukhari & Muslim).



Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya dalam sabdanya ”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga bertakbir. Kemudian ruku lalu mengucapkan Sami’a Allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memujiNya) sampai berdiri dengan tegak” (HR Abu Daud dan Hakim)



Ketika berdiri dengan tegak Beliau mengucapkan ”Rabbanaa walakal hamdu” (”Wahai Tuhan kami dan segala puji hanyalah milik-Mu”) (HR Bukhari dan Ahmad)



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan demikian kepada semua orang yang sholat, baik makmum maupun bukan makmum dalam sabdanya ”Sholatlah seperti kalian melihatku sholat” (HR Bukhari & Ahmad).



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Sesungguhnya imam dijadikan tiada lain untuk diikuti. Jika imam mengucapkan ’Sami’a Allhu liman Hamidah’, maka ucapkanlah Allahumma walakal hamdu.’ Pasti Allah mendengar ucapan kalian. Sesungguhnya Allah berfirman melalui ucapan RasulNya, ’Sami’a Allahu liman Hamidah’.” (HR Muslim, Abu Uwanah, Ahmad & Abu Daud).



Penyebab masalah ini dipertegas dalam hadits lain ”Sesungguhnya barangsiapa yang ucapannya itu berbarengan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya sebelumnya.” (HR Bukhari & Muslim).



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat tangan saat berdiri i’tidal seperti telah dijelaskan pada takbiratul ihram didepan, dengan mengucapkan bacaan berikut :

1.              ”Rabbanaa walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim). Masalah mengangkat tangan ini sanadnya benar-benar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pendapat ini juga diperkuat oleh jumhur ulama dan sebagian penganut mazhab Hanafi.

2.              ”Rabbana lakal hamdu” (HR. Bukhari & Muslim).

3.              ”Allahumma rabbana walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim)

4.              ”Allahumma rabbana lakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim).

5.              Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan berbuat demikian dalam sabdanya ”Apabila imam mengucapkan ’Sami’a Allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah ’Allahumma Rabbana lakal hamdu’. Barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari & Muslim).

6.              Terkadang Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menambah dengan lafal ”Milussamawaati wamil ul ardli wamil umaasyikta min syai in ba’du.” (Mencakup seluruh langit dan bumi dan semua yang Engkau kehendaki selain dari itu.” (HR Muslim & Abu Uwanah).

7.              Dan lain-lain.

6. Memperpanjang Berdiri I’tidal dan Kewajiban Thumuninah.

Lama berdiri i’tidal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sama seperti rukunya, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Bahkan kadang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri lama sampai dianggap lupa oleh sahabatnya karena lamanya Beliau berdiri. Demikian yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad.



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Kemudian tegakkanlah kepalamu sampai engkau berdiri tegak (sampai semua tulang kembali menempati tempatnya masing-masing). (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Apabila kamu berdiri i’tidal, maka tegakkanlah kepalamu sampai tulang-tulang kembali kepada posisinya semula).” (HR Bukhari, Muslim, Hakim & Ahmad).



Beliau juga bersabda ”Allah tidak akan melihat sholat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya antara ruku dan sujudnya.” (HR Ahmad & Thabrani)

2 komentar:

  1. kalau bersodakof sete;ah ruku itu gimana hukumnya?jazakallah kher

    BalasHapus
  2. kok kurang ?? bacan duduk di antara 2 sujud sama tahyat belum ada ????

    BalasHapus

Al-Qur'an Wal Hadits Ala Fahmi Salaf

Manhaj salaf adalah satu-satunya manhaj yang diakui kebenarannya oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena manhaj ini mengajarkan pemahaman dan pengamalan islam secara lengkap dan menyeluruh, dengan tetap menitikberatkan kepada masalah tauhid dan pokok-pokok keimanan sesuai dengan perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:(lihat QS.At Taubah: 100)/(Qs. Al Baqarah: 137)Dalam hadits yang shahih tentang perpecahan umat ini menjadi 73 golongan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Semua golongan tersebut akan masuk neraka, kecuali satu golongan, yaitu Al Jama’ah“. Dalam riwayat lain: “Mereka (yang selamat) adalah orang-orang yang mengikuti petunjukku dan petunjuk para sahabatku.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimy dan imam-imam lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyyah, Asy Syathiby dan Syaikh Al Albany. Lihat “Silsilatul Ahaaditsish Shahihah” no. 204) Maka mengikuti manhaj salaf adalah satu-satunya cara untuk bisa meraih keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana hanya dengan mengikuti manhaj inilah kita akan bisa meraih semua keutamaan dan kebaikan yang Allah ta’ala janjikan dalam agama-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik umatku adalah generasi yang aku diutus di masa mereka (para sahabat radhiyallahu ‘anhum), kemudian generasi yang datang setelah mereka, kemudian generasi yang datang setelah mereka.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)